Tahap-Tahap Pembangunan di Indonesia
1.
Pelita I (1 April 1969-31 Maret 1974)
Tujuan Pelita I adalah untuk meningkatkan
taraf hidup rakyat dan meletakkan dasar-dasar pembangunan untuk tahap
berikutnya. Hasil yang dicapai oleh Pelita I ada pada bidang pertanian, industri,
perhubungan, kelistrikan, dan pendidikan. Hasil tersebut adalah meningkatnya
produksi beras 4 % per tahun, perbaikan jalan yang baik, berhasilnya
pembangunan pusat tenaga listrik, pembagian buku, pembangunan gedung SD, dll.
Pada masa itu pemerintah memberi penghargaan berupa “Parasamya Purnakarya
Nugraha” untuk daerah yang berhasil dalam sector pembangunan. Pada tanggal 25
Maret 1973 Presiden Soeharto diangkat kembali menjadi presiden dan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai wakil presiden.
2.
Pelita II (1 April 1974-31 Maret 1979)
Pelita II berhasil meningkatkan produksi
kerajinan rakyat, pertumbuhan ekonomi juga meningkat 7 % per tahun. Di bidang
perhubungan terjadi peningkatan rehabilitasi jalan. Setahun sebelum Pelita II
berakhir, terbentuk MPR hasil Pemilu 1977. Tanggal 11-23 Maret 1978, MPR
menyelenggarakan siding umum. Dalam sidang tersebut Soeharto diangkat kembali
menjadi presiden dan Adam Malik sebagai wakil presiden.
3.
Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984)
Pelita III melaksanakan Trilogi
Pembangunan. Asas-asas pemerataan dibuat menjadi delapan jalur pemerataan yang
meliputi :
1.
Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak
khususnya sandang, pangan, dan papan
2.
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
pelayanan kesehatan
3.
Pemerataan pembagian pendapatan
4.
Pemerataan kesempatan kerja
5.
Pemerataan kesempatan berusaha
6.
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya generasi muda dan kaum wanita
7.
Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh
wilayah tanah air
8.
Pemerataan memperoleh keadilan
Tanggal 1-11 Maret 1983 diadakan sdang umum MPR RI, hasilnya
adalah Soeharto diangkat kembali menjadi presiden dan Umar Wirahadikusumah
sebagai wakil presiden.
4.
Pelita IV (1 April 1984-31 Maret 1989)
Pelita IV lebih menekankan sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri. Hasil yang dicapai oleh Pelita IV meliputi swasembada pangan,
keluarga berencana, dan rumah untuk
keluarga. Pada masa itu Indonesia menjadi Negara swasembada, Presiden
Soeharto mengubah persepsi banyak anak banyak rezeki menjadi keluarga kecil
bahagia, dan diadakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Pada tanggal 1-11 Maret 1988 MPR
melaksanakan sidang umum dan menghasilkan Soeharto diangkat kembali menjadi
presiden dan Soedharmono sebagai wakil presiden.
5.
Pelita V (1 April 1989-31 Maret 1994)
Pelita V ini, pemerintah menitikberatkan
pada sektor pertanian dan industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi pertanian lainnya juga menghasilkan barang-barang untuk diekspor. Pada
masa ini, walaupun pemerintah telah berhasil meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat, tetapi pelaksanaan pembangunan cenderung mulai menurun. Hal ini
disebabkan mulai munculnya tindak korupsi dan meningkatnya angka uang luar
negeri. Berdasarkan sidang umum MPR RI tanggan 1-11 Maret 1993, Soeharto
diangkat kembali menjadi presiden dan Tri Sutrisno menjadi wakil presiden.
6.
Pelita VI (1 April 1994-31 Maret 1999)
Pada Pelita VI pemerintah menitikberatkan
pembangunan pada sektor bidang ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pada akhir tahun 1997, Indonesia diterpa
badai krisis yang sulit diatasi. Semua ini bermula dari krisis moneter dan
berlanjut pada krisis ekonomi yang menimbulkan krisis kepercayaan kepada
pemerintah. Pelita VI tidak dilaksanakan hingga tahun 1999 tetapi sampai tahun
1997. Pada tahun 1997 diadakan pemilu yang dimenangkan Golkar dan Soeharto
menjadi presiden lagi dan B.J Habibie sebagai wakil presiden. Tetapi semua itu
tidak banyak membantu Indonesia untuk
keluar dari krisis moneter. Pemerintahan pada masa orde baru hanya
menitikberatkan pada pembangunan fisik semata, seperti proyek-proyek
pembangunan gedung bertingkat dan pembangunan sektor industri. Orang-orang pada
pemerintahan orde baru memiliki kekerabatan seperti ada hubungan darah sehingga
menimbulkan ketidakmerataan ekonomi yang dirasakan masyarakat kelas menengah ke
bawah. Kondisi demikian itu dikenal dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Pada tahun 1997 terjadi krisis multidimensional karena praktik KKN. Hal
ini menimbulkan banyaknya demonstrasi atau unjuk rasa yang menuntut supaya
Presiden Soeharto turun dari jabatannya.
Komentar
Posting Komentar