Green Economy
Sebagai
warga negara Indonesia kita boleh
berbangga karena negara kita yang tercinta ini memiliki kekayaan alam terbesar
di dunia. Dari seluruh flora dan fauna yang ada di dunia, 12 persen spesies
mamalia, 16 persen reptiledan spesies amfibi,
10 persen spesies tanaman berbunga, 17 persen spesies burung, serta 25 persen
spesies ikan ditemukan di Indonesia. Di lautan, Indonesia merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman terumbu karang di dunia dan merupakan host dari pusat
hotspot keanekaragaman segitiga terumbu karang dunia.
Dilihat
dari keadaan demografisnya, Indonesia ada di urutan keempat untuk negara dengan
jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dari segi ekonomi, kegiatan perekonomian
Indonesia pun sangat dinamis dan berada di peringkat ketiga untuk negara dengan
pertumbuhan ekonomi paling pesat se-Asia. Selain itu, lokasi yang strategis menjadikan
Indonesia sebagai pusat perkembangan ekonomi yang paling dinamis di dunia.
Kemajuan
perekonomian tersebut menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan di
Indonesia. Sebagai contoh, industri kelapa sawit sering kali dinilai sebagai
salah satu biang dari banyaknya kerusakan hutan di Kalimantan dan Sumatera.
Selain itu, industri sawit sering pula dituding sebagai pengekspor asap ke
negeri tetangga. Tetapi, yang menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana
kontribusi industri kelapa sawit? Ironis sekali bila dikaitkan dengan nasib
para petani kelapa sawit yang belum sejahtera, padahal kerusakan alamnya
sangatlah luar biasa. Terbukti dalam 60 tahun terakhir, luas wilayah hutan di
Indonesia telah menurun dari 162 juta hektar menjadi 88 juta hektar pada tahun
2009. Indonesia sendiri merupakan negara emitor karbon nomor tiga tertinggi di
dunia. Ini merupakan hal yang sangat menyedihkan karena apabila terus dibiarkan
maka akan menimbulkan kerusakan yang berujung dengan datangnya bencana besar. Kerusakan
ini terjadi karena perbuatan manusia, seperti telah tertulis dalam Al-Qur’an :
“Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)” (QS. 30:41).
“Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS.
7: 56).
Oleh
karena itu muncullah gagasan untuk menerapkan “green economy” sebagai solusi agar bumi kita tidak tambah rusak
lagi.
Apa Itu Green Economy
?
Ditinjau dari namanya “green economy” dapat diartikan “ekonomi
hijau”, tetapi dibalik nama ekonomi hijau tersirat makna yang mendalam. Dari
definisi yang diberikan UNEP (United
Nations Environment Programme), pengertian Green Economy dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah
karbon atau tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan, hemat sumber daya
alam, dan
berkeadilan sosial.
Selain itu Ekonomi Hijau juga
merupakan sebuah upaya penyelamatan lingkungan yang melibatkan seluruh negara
di dunia. Ekonomi hijau dapat diterapkan
dengan cara penghematan sumber energi seperti listrik, panas, dan sebagainya.
Ekonomi hijau memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan hidup manusia.
Penghematan sumber energi dan pelestarian lingkungan yang menjadi prinsip dari
gerakan ekonomi hijau dapat memberikan efek yang signifikan terhadap
keselamatan lingkungan itu sendiri. Manusia tidak sepatutnya hanya mampu
mengeksploitasi lingkungan saja, namun juga harus memiliki usaha untuk
melestarikan dan menyelamatkan lingkungan tempat hidupnya untuk kelestarian
bumi selanjutnya.
Kemudian apa bedanya ekonomi
hijau (green economy) dengan
pembangunan berkelanjutan? Sebenarnya konsep green economy ialah manifestasi dari pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Green economy diharapkan dapat berperan
untuk menggantikan model ekonomi “penjahat” yang boros, timpang, dan tidak
ramah lingkungan. Green economy
dibangun atas dasar kesadaran akan pentingnya ekosistem yang menyeimbangkan
aktivitas pelaku ekonomi dengan ketersediaan sumber daya. Selain itu,
pendekatan green economy dimaksudkan
untuk mensinergikan tiga nilai dasar yakni: profit,
people, dan planet.
Dalam
suatu teori manajemen bisnis, dikatakan bahwa bisnis akan terus eksis dan
berkembang selama meraih laba yang konsisten dalam jangka panjang.
Permasalahannya adalah konsisten dalam jangka panjang tak hanya membutuhkan
kepiawaian dalam mengelola perusahaan, tetapi juga perlu dukungan dari
lingkungan eksternal berupa lingkungan dan masyarakat. Ketika pihak eksternal
tidak mampu untuk mendukung, misalnya produk yang dihasilkan tidak diterima
oleh masyarakat karena dianggap membahayakan dan tidak ramah lingkungan maka
perusahaan akan sulit untuk bertahan.
Mulai dari Diri Sendiri, Mulai dari Hal yang Kecil, dan Mulai dari Saat Ini
Gagasan
Green Economy janganlah hanya menjadi
gagasan saja tanpa adanya tindakan nyata. Sebenarnya kita bisa melakukannya
dari hal yang terkecil, mulai dari hemat listrik dengan mematikan lampu saat
tidur, hemat air, menggunakan kendaraan umum, bersepeda atau jalan kaki ketika
pergi ke tempat yang dekat, mengurangi penggunaan BBM, mengurangi penggunaan
kertas dan plastik (karena kertas dibuat dengan penebangan pohon, jika kertas
yang dipakai banyak maka penebangan pohon juga akan semakin banyak selain itu
plastik juga harus dikurangi pemakaiannya karena plastik butuh waktu yang cukup
lama untuk penghancurannya).
Seperti
yang telah digembar-gemborkan “satu
rumah, satu pohon”, jangan hanya dalam ucapan saja, lakukan sekarang juga
untuk menanam pohon. Meskipun yang ditanam hanya tanaman kecil maupun tanaman
hias, tanaman tersebut sangat bermanfaat bagi manusia karena dengan
bertambahnya pohon maka akan menambah produksi oksigen dan akan menyerap air
agar tidak terjadi banjir. Tidak hanya itu, dengan penanaman pohon kita juga
bisa mendapatkan pahala dan menjadi amalan yang tidak terputus, selama pohon
itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan, baik itu buahnya, daunnya,
naungannya, air yang tertahan oleh akarnya, sampai kepada oksigen yang
dihasilkannya. Karena sesungguhnya Allah tidak akan pernah luput
memperhitungkan kebaikan sekecil apapun.
Seperti yang telah diriwayatkan oleh Anas bahwa
Nabi pernah bersabda: ”Seorang muslim yang menanam atau menabur benih,
lalu ada sebagian yang dimakan oleh burung atau manusia, ataupun oleh binatang,
niscaya semua itu akan menjadi sedekah baginya“. (HR. Imam Muslim 5/28 dan
Imam Ahmad 3/147).
Komentar
Posting Komentar