Bertemu dengan Pak Susilo Bambang Yudhoyono
Saat
itu aku duduk di kelas 6 SD. Kejadian itu terjadi pasca bencana tsunami,
bencana tsunami merupakan bencana yang sangat besar, banyak orang yang
kehilangan harta bendanya, keluarganya, dan kenangannya. Bencana tsunami ini terjadi
pada 26 Desember 2004. Bencana yang telah memporakporandakan beberapa wilayah
di Indonesia seperti Aceh dan Nias. Beberapa negara pun ada yang terkena
tsunami. Bencana ini bisa jadi merupakan teguran Allah atas perbuatan manusia yang tidak bersahabat dengan alam atau bisa
jadi merupakan ujian agar manusia bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Pada
Januari 2005, saya dan teman-teman sekelas dikasih tau oleh guru saya bahwa ada
undangan untuk bertemu dengan presiden. Saat itu Pak Susilo Bambang Yudhoyono
atau yang biasa disebut Pak SBY baru terpilih menjadi Presiden RI pada tahun
2004. Awalnya saya tidak percaya nantinya beneran akan bertemu langsung dengan
presiden. Saya kira ini hanya omongan dari guru saya saja agar siswanya rajin
belajar.
Ternyata
undangan yang dimaksud itu adalah para siswa disuruh membuat surat yang
nantinya akan dikirimkan ke Aceh dan Nias yang terkena tsunami, oleh karena itu
kami disuruh membuat surat terlebih dahulu, latihan sebelum disana. Sempat
beberapa kali saya mengganti surat yang saya buat karena kurang pas dan atas
arahan dari guru saya juga.
Kemudian
suatu ketika satu per satu dari kami dipanggil ke ruang guru. Ditanyakan kalau
misalnya ditanya asal sekolahnya menjawab apa? Kebanyakan teman saya menjawab
SDN 03 Pagi. Saya menjawabnya lengkap yaitu SDN Pejaten Timur 03 Pagi.
Esok
harinya guru saya bilang hari ini akan dikirim 2 perwakilan siswa ke Istana
Negara bertemu presiden. Siswa itu adalah saya dan teman saya, David namanya. Sontak
saya kaget dan tidak percaya. Saat itu hari Kamis, saya masih menggunakan batik
lama yang berwarna biru. Sebenarnya sudah ada seragam batik baru yang berwarna
merah, tetapi saya belum membeli batik karena sudah kelas 6, nanggung kalau
beli. Saya disuruh untuk meminjam batik dengan teman saya agar terlihat lebih
rapi dan bagus, karena batik saya sudah kurang bagus, warnanya pun sudah agak
memudar. Saya tidak hanya bertukar seragam batik, tetapi juga sepatu. Sepatu
saya juga kurang bagus dilihatnya, akhirnya saya pinjam punya teman saya. Ya
ampun ga modal banget ya hahaha.... Terima kasih yaa yang sudah meminjamkan
batik dan sepatunya.
Lalu
saya, David, dan salah satu guru saya berangkat dengan naik taksi. Tempat
berkumpulnya di Monas, nantinya siswa-siswi beserta guru-guru akan berangkat
berbarengan naik bis yang sudah disediakan. Ternyata siswa yang dikirim dari
setiap sekolah jumlahnya berbeda-beda, saya kira dikirimnya memang 2 siswa.
Lalu kami berangkat naik bis yang disediakan menuju Istana Negara. Di bis kami
dibagikan bendera untuk acara penutupan di akhir acara.
Beberapa
menit kemudian, tibalah kami di Istana Negara di Jakarta. Waaah akhirnya saya
bisa masuk ke dalam istana yang biasanya Cuma lewat saja, tapi sekarang saya
bisa masuk. Karena saat itu belum ada open house di Istana Negara. Kami antre
untuk masuk ke dalam, pertama ada yang memeriksa barang bawaan kami, seperti
yang di bandara, dan itu berulang sampai 2 kali. Hal ini dilakukan agar Istana
Negara aman dan bebas dari senjata tajam dan berbahaya maupun bom. Kami mengisi
daftar tamu, lalu dikasih bingkisan berupa perlengkapan untuk mengirim surat,
daftar siswa-siswi yang ada di Aceh dan Nias yang terkena tsunami, data untuk
sahabat pena, dll. Lalu kami duduk di kursi yang telah disediakan, disana kami
menulis surat yang sudah disiapkan sebelumnya. Surat yang kami tulis akan
dikirim oleh Pos Indonesia ke Aceh dan Nias. Acara ini diliput oleh beberapa
stasiun televisi, banyak sekali handycam yang terpasang di sisi ruangan. Yang
mengikuti acara ini cukup banyak, ada beberapa artis cilik, dan saya juga
bertemu dengan Pak Raden yang asli. Pak Raden yang ada di film Si Unyil datang,
tetapi bukan boneka tetapi orang aslinya, yang sekaligus jadi pengisi suara
sebagai Pak Raden. Beliau menggunakan pakaian kebesarannya dengan blankon dan
kumis tebalnya. Setelah itu kami bersalaman dengan Presiden RI Pak Susilo
Bambang Yudhoyono, satu per satu antre ke depan untuk bersalaman dengan beliau
dan beberapa jajarannya. Saya lupa siapa saja.
Kemudian
kami semua kembali ke tempat dan acara penutupan, bernyanyi bersama sambil
mengangkat bendera yang tadi sudah dibagikan di bis. Setelah itu kami semua
makan makanan ringan yang sudah disediakan. Acara pun selesai. Kami diantar
pulang oleh bis yang tadi sudah mengantar kami kesini, lalu dibagikan goodie
bag dari Engslih First. Lalu kami pulang naik taksi sampai sekolah. Terima
kasih guru-guruku yang telah memilihku sebagai perwakilan dari sekolah, terima
kasih kepada temanku yang telah meminjamkan batik dan sepatu, terima kasih
orang tuaku yang tiada henti mendoakan anaknya, terima kasih kepada Allah atas
nikmat yang tidak terkira dan tidak terhitung ini.
Alhamdulillah
saya bisa bertemu langsung dan bersalaman dengan presiden. Mimpi apa semalam?
Untuk anak SD saya belum pernah memimpikan hal seperti ini. Hal yang tidak
pernah saya duga dan saya minta saja dikasih oleh Allah, apalagi yang diminta.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Komentar
Posting Komentar