Trip ke Belitong, tanahnya Laskar Pelangi :)
Perjalanan ke Belitong sebenarnya
sudah pernah aku rencanakan bersama teman aku, tetapi kami belum menemukan
waktu yang pas untuk kesana. Kemudian di pertengahan bulan Mei 2017 ada
undangan pernikahan ka Irul (kakak senior di SEF) dengan seorang gadis Belitung
di hari Minggu tanggal 16 Juli 2017. Kemudian para alumni SEF berencana untuk
menghadiri pernikahannya ka Irul sekaligus jalan-jalan. Setelah melewati proses
yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya dibuatlah itinerary selama di Belitung
dengan penuh drama. Hahhaha…
Kami yang menghadiri walimahan
ada 16 orang dimana ada 11 orang yang 4D3N dan 5 orang yang 3D2N. Hal ini
karena kendala belum dapat cuti jadi tidak bisa pulang bersamaan.
Sabtu, 15 Juli 2017
Kami berangkat dari Jakarta ke
Belitung hari Sabtu. Jadwal flightnya jam 09.25, sehingga aku berangkat dari
rumah jam 05.30 lalu naik bus Damri di Pasar Minggu jam 06.00 bersama Puti dan
kak Icha. Ongkosnya Rp40.000 menuju bandara Soekarno Hatta. Perjalanan cukup
lancar sehingga kami sampai jam 07.00. Alhasil kami menunggu cukup lama di
bandara, yaa lebih baik menunggu daripada ketinggalan pesawat.
Btw saat itu kaki aku masih agak
sakit karena seminggu yang lalu ada sedikit accident. Kaki aku tertusuk besi sisa
renovasi rumah di gang dekat rumah. Untungnya besi yang tertancap ke telapak
kakiku tidak terlalu dalam, cukup membuatku agak lama berjalan dan sedikit
pincang. Supaya lukanya tidak menempel di kaos kaki, aku pakai plester
transparan waterproof merk Nexcare. Baru pertama kali mencoba, ternyata cocok
karena lukanya tidak menempel di plester dan kering. Selain itu plesternya waterproof
(tahan air) tapi tidak lembab.
Back to topic, kami naik pesawat
yang bergambar singa. Setelah check in dan boarding kami naik pesawat dan take
off tepat waktu. Perjalanan Jakarta-Belitung diperkirakan 1 jam, jadi
diperkirakan kami tiba di bandara H.A.S Hanandjoeddin jam 10.25. Pukul 10.10
ada pemberitahuan pesawat akan tiba di bandara. Tapi beberapa menit kemudian
ada pemberitahuan pesawat akan kembali ke Jakarta lagi karena cuaca buruk di
bandara Hanandjoeddin sehingga mengharuskan pesawat kembali ke Jakarta.
Mendengar pemberitahuan itu aku ga percaya, banyak pertanyaan di fikiranku saat
itu. Seriusan kita mau balik lagi? Ini lagi ga bercanda kan? Emangnya ga bisa
mendarat di bandara lain? Suasana di pesawat tetap tenang meskipun ada
pemberitahuan itu. Kami masih blm tau jam berapa berangkat lagi? Memang sih
selama di pesawat turbulensinya cukup terasa, berasa naik kora-kora, berasa
pesawatnya naik turun dan membuat jantung dagdigdug. Untungnya kami landing
dengan selamat di Jakarta jam 11.30. Cuaca di bandara Soetta cukup cerah,
ternyata di Belitung sedang hujan lebat dan berkabut. Landasan di bandara
Hanandjoeddin pendek, sehingga berisiko jika memaksa untuk landing di saat
hujan lebat dan berkabut, bisa tercebur ke laut. Makanya pesawat kembali ke
Jakarta menunggu cuaca membaik.
Akhirnya kami makan siang sambil
menunggu kabar kapan pesawatnya take off lagi. Untungnya setelah sholat dan
makan siang kami dikabarkan untuk kembali ke pesawat pukul 13.00. Kami bergegas
dan pesawat take off jam 13.30. Di sepanjang perjalanan kami berdoa agar cuaca
membaik sehingga kami bisa mendarat dengan selamat di tujuan. Perjalanan yang
menegangkan karena turbulensi dan cuaca yang kurang bagus membuat kami tak
henti berdoa. Pukul 14.30 kami tiba di bandara dan pesawat mendarat dengan
selamat meskipun sedikit gerimis. Alhamdulillah doa kami dikabulkan.
Sesampainya di bandara, kami ambil tas dari bagasi dan tidak lupa foto-foto.
Disana ada tempat untuk foto (photo booth) bagi pendatang yang ingin
mengabadikan momen di Belitong. Ada foto mercusuar landmark Belitong, bintang
laut raksasa, pulau batu garuda, dll.
Pukul 15.00 kami dijemput mobil
sewaan untuk drop barang bawaan ke hotel. FYI di Belitung tidak ada
transportasi umum seperti angkot atau ojek, sehingga kami harus menyewa mobil. Kami
menginap di hotel Esbe di Tanjung Pandan. Berhubung kami baru tiba di Belitung
di sore hari, itinerary yang kami rencanakan berantakan, sehingga harus cari
tempat wisata yang dekat dengan hotel. Akhirnya setelah searching dan liat
gmaps, kami pergi ke Pantai Tanjung Pendam. Tiket masuk ke Pantai Tanjung
Pendam Rp2.000 per orang. Disana kami menikmati pemandangan sunset yang masya
Allah indah sekali. Meskipun masih hujan rintik-rintik, kami tetap berfoto-foto
memandang ciptaan Allah yang sempurna.
Setelah matahari terbit, kami
foto di tulisan Pantai Tanjung Pendam. Berhubung gelap, jadinya kami menggunakan
flashlight HP sebagai lighting agar lebih terang. Barulah kemudian kami wefie.
Cukup heboh dan lucu kalau dilihat, tapi yaa begitulah, demi mendapatkan hasil
foto yang bagus dan terang, ada orang-orang yang menyenteri wajah kami agar
bersinar hahhaha….
Puas berfoto-foto, kami makan
malam di sebuah rumah makan. Aku makan gangan ikan dan air jeruk hamoy. Gangan ikan
merupakan makanan khas Belitung yaitu sup ikan yang pedas, padahal warna
kuahnya kuning. Air jeruk hamoy merupakan air jeruk ditambah buah hamoy yang
berwarna orange. Jika buah hamoy digigit maka akan keluar warna orangenya. Selain
itu juga icip es jeruk kunci khas Belitung. Sehabis makan, kami kembali ke
hotel untuk istirahat supaya besok bisa fresh lagi.
Sesampainya di hotel, hujan
turun kembali dengan intensitas sedang. Besok jadwalnya untuk hadir ke
walimahan dan pergi ke Pulau Kelayang untuk snorkeling. Tetapi setelah kami
lihat dari perkiraan cuaca, besok masih hujan, kemudian kami bertanya ke Ko
Aling (penyewa boat snorkeling) jika hujan apakah ombaknya akan besar dan
berbahaya untuk snorkeling? Katanya tidak berbahaya, tetapi kurang bagus. Lalu
kami membuat rencana lain jika tidak jadi snorkeling, yaitu ke Belitung Timur
karena seharusnya kemarin kami ke Belitung Timur tetapi tidak memungkinkan.
Minggu, 16 Juli 2017
Sepanjang malam hujan turun
tiada henti. Matahari masih malu-malu keluar dari peraduannya. Meskipun hujan
turun, kami tetap berangkat ke akad nikah ka Irul. Yaiyalah masa iya karena
hujan, ga jadi nikah. Ijab Kabul telah lancar
diucapkan dan ka Irul telah sah menjadi suami dari ka Tasta. Kemudian kami
memberi selamat lalu berfoto bersama dan makan. Setelah akad nikah, ada upacara
adat Belitung (semacam palang pintu jika adat Betawi). Kami mendapat kabar
bahwa di Belitung Timur terjadi banjir dan akses kesana terputus sehingga tidak
memungkinkan untuk pergi kesana. Bahkan ada kabar yang menyebutkan ada jembatan
yang terputus juga akibat hujan yang tiada henti mengguyur Belitung. Berhubung
hujan masih terus turun dan tak kunjung reda, kami memutuskan pergi ke tempat
yang ada di dalam ruangan (indoor) agar tidak kehujanan. Akhirnya kami berlima
pergi ke tempat oleh-oleh, disini kami berpencar dengan sebelas orang yang
lain. Setelah belanja oleh-oleh, kami ke Rumah Adat Belitung. Kami foto-foto
dan boomerang-an. Setelah puas berfoto, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan
perjalanan. Berhubung sudah jam 11.30, kami memutuskan untuk makan mie atep
(salah satu makanan khas Belitung). Mie atep cenderung manis, sehingga perlu
ditambah sambal agar lebih enak. Harga mie atep Rp15.000. Saat makan mie atep,
datanglah keluarga Korea (ibu, bapak, anak-anak, nenek, tante, om). Ratna suka
sekali dengan Korea, sehingga ketika bertemu keluarga Korea tersebut, dia jadi
memperhatikan tingkah laku anak kecil yang lucu. Kemudian kami wefie dimana
belakangnya ada keluarga Korea itu.
Selesai makan, kami pergi ke
Museum Tanjung Pandan. Dengan tiket masuk Rp2.000 kami masuk untuk melihat
koleksi keramik tua Tiongkok seperti kendi, mangkok. Ada koleksi ikan arapaima
(ikan raksasa yang hidup di perairan Sungai Amazon). Ada juga batu satam
(semacam batu meteor) yang menjadi landmark Belitung dan ada maket yang
menggambarkan cara penambangan timah. Di halaman belakang ada koleksi satwa
berupa buaya yang ukurannya sangat besar. Dan masih banyak lagi koleksi di
Museum Tanjung Pandan.
Setelah itu kami ke Bukit
Berahu. Kami kesana karena kami mau menikmati sunset di Pantai Tanjung Tinggi
(Pulaunya Laskar Pelangi). Letak Bukit Berahu dan Pantai Tanjung Tinggi berdekatan
dan searah, makanya kami memutuskan untuk kesana (atas usulan supir juga sih
hehe). Tiket masuk ke Bukit Berahu Rp10.000 per orang dan kami mendapatkan
segelas teh atau kopi gratis. Kami kesana saat hujan, sehingga cuacanya cukup
dingin. Alhasil minum teh hangat cukup membantu menghangatkan tubuh. Saat kami
minum teh, kami ketemu dengan keluarga Korea yang tadi ada di mie atep. Bukit
Berahu itu semacam resort, ada kolam renang jika menginap disana. Ada pantainya
juga di bawah. Jadi untuk menuju pantai, kita harus menuruni anak tangga
sebanyak 97 anak tangga. Gara-gara driver sekaligus guidenya bilang ada 97 anak
tangga, aku jadi penasaran dan ikut menghitung. Untungnya hujannya sedikit
reda, masih gerimis sedikit. Akhirnya kami turun ke pantainya, bisa dibilang
karena udah tanggung sampai sini, masa iya ga turun ke pantainya? Disana ada
ayunan, jadi bisa main ayunan deh. Antara masa kecil kurang bahagia atau masa
kecil yang terlalu bahagia sehingga susah move on. Pasir pantainya putih
bersih, sehingga bagus untuk foto-foto. Awannya gelap karena masih gerimis,
nampaknya mataharinya masih malu-malu keluar dari peraduannya. Setelah puas
foto-foto, kami kembali ke atas menaiki anak tangga tadi. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi untuk menikmati sunset.
Sesampainya di Pantai Tanjung
Tinggi, kami terkesima melihat batu-batu yang besar khas pantai laskar pelangi.
Setelah berpisah, kami bertemu kembali dengan 11 orang lainnya. Emang sengaja
sih buat menikmati sunset disini. Disini sedang tidak hujan, jadi kami bisa
asyik foto-foto. Airnya sangat jernih dan bagus. Batunya besaaaar sekali. Kami
explore ke tempat syuting film Laskar Pelangi, menaiki batu-batu besar untuk
menikmati pemandangan dan foto-foto. Setelah puas berfoto dan sudah hampir jam
6 sore, kami mau kembali ke mobil. Tetapi kami tidak jadi kembali ke mobil
karena langit berubah warna menjadi pink, air lautnya pun terlihat pink, masya
Allah bagus sekali pemandangan ciptaan Engkau ya Rabb. Kami tidak mau
kehilangan momen ini, kami foto pemandangan yang jarang kami lihat ini. Warna
langit yang pink tidak berlangsung lama karena matahari sudah terbenam dan
mulai gelap. Kami kembali ke mobil dan pergi ke hotel. Kali ini kami makan
malam di hotel karena makanannya lebih murah daripada beli di luar. Selesai
makan, kami istirahat dan persiapan untuk snorkeling besok sekaligus packing
karena besok sore kami pulang ke Jakarta.
Senin, 17 Juli 2017
Berhubung waktu yang sangat
singkat, kami berencana untuk berangkat dari hotel jam 07.00 agar sampai di
Dermaga Tanjung Kelayang jam 08.00, tetapi ada kendala karena mobil sewaan kami
mengantar bahan bakar dulu (aku juga ga paham maksudnya apa). Alhasil kami baru
berangkat dari hotel jam 8 kurang. Perjalanan dari hotel ke dermaga sekitar 1 jam,
jadi kami tiba di dermaga jam 09.00. Cuaca tidak panas, cukup berawan dan hujan
rintik-rintik. Sebelumnya kami sudah booking boat untuk transport ke beberapa
pulau dan menyewa lifejacket beserta kacamata renang. Kami menyewa boat seharga
Rp450.000, lifejacket Rp15.000, dan kacamata renang Rp15.000. Kami menaiki
boatnya dan boat mulai berjalan memecah lautan. Destinasi pertama adalah Pulau
Batu Garuda. Disini kami hanya berfoto dari boat dengan background batu yang
berbentuk seperti Burung Garuda.
Setelah itu kami foto-foto dan
melanjutkan perjalanan ke Pulau Pasir. Pulau Pasir tidak akan terlihat jika air
laut sedang pasang, biasanya siang atau sore hari. Saat kami kesana, Pulau
Pasirnya terlihat dan sangat kecil. Kata abang-abang perahu bentuk Pulau Pasir
berbeda-beda setiap harinya, tergantung air laut. Disini kami bertemu lagi
dengan keluarga Korea yang kemarin.
Setelah berfoto-foto, kami
melanjutkan perjalanan ke Pulau Lengkuas. Ini dia tujuan utamanya, tempat untuk
snorkeling. Di Pulau Lengkuas terdapat mercusuar dimana kita bisa menikmati
pemandangan dari atas, tetapi sekarang sudah tidak bisa naik ke lantai paling
atas lagi, maksimal lantai 3. Disini kami bertemu lagi dengan keluarga Korea.
Anak kecilnya lagi main pasir dan mencari kerang kecil. Kami berfoto dengan
keluarga Korea tersebut karena dari kemarin Ratna memperhatikan keluarga
tersebut, melihat tingkah laku anak kecilnya yang lucu dan menggemaskan.
Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke tempat snorkeling. Ternyata
snorklingnya tidak tepat di Pulau Lengkuas, kami harus agak maju sedikit supaya
ke tempat yang lebih dalam dan banyak ikannya. Untungnya kami membawa biskuit
untuk kasih makan ikan supaya ikannya keluar. Biskuit tersebut adalah biscuit
yang diberikan kemarin di bandara. Awalnya aku takut untuk berenang ke laut
karena aku tidak bisa berenang, tetapi sayang banget kalo ga turun. Aku latihan
dulu menggunakan alat snorkeling, latihan bernafas menggunakan mulut. Lalu aku
memberanikan diri nyemplung ke laut, tentunya pegangan tali yang ada di boat
supaya tidak terbawa arus. Ketika snorkeling, seperti melihat sebuah kehidupan
laut yang menakjubkan. Keren banget, masya Allah. Sayangnya aku ga bisa
lama-lama karena rasanya kacamatanya kurang kencang sehingga air lautnya masuk
dan aku tersedak karena terminum air lautnya. Asin banget air lautnya.
Tiba-tiba hujan turun dan ombaknya menjadi cukup besar, sehingga kami
mengakhiri snorklingnya. Sudah capek juga karena sudah banyak air laut yang
tidak sengaja tertelan. Untungnya bawa air minum, jadi bisa menetralisir air
lautnya. Hujan semakin deras, ombak juga besar. Kami melanjutkan perjalanan ke
Goa Kelayang. Ternyata jaraknya cukup jauh dari tempat snorkeling.
Sesampainya di Goa Kelayang,
cuaca kembali cerah. Sudah tidak hujan lagi dan panas terik. Kami melewati
hutan kecil, menaiki batu-batu besar, dan harus hati-hati ketika menapaki
batu-batuan. Ada baiknya ketika kesini menggunakan sepatu sandal gunung supaya
tidak licin. Setelah melewati rintangan bebatuan, sampailah di goa yang bagus
ini. Di goa ini ada air lautnya juga. Bebatuannya berwarna warni, airnya jernih
dan dangkal. Emang ya untuk ke tempat bagus, ada proses yang sulit. Berhubung
sudah jam 12 lewat, kami bergegas untuk kembali ke boat. Tetapi abang-abang
perahunya memberi tahu jalan ke tempat lain, tempat spot foto dan pemandangan
yang bagus. Agak naik ke atas, jadi harus super hati-hati agar tidak jatuh.
Pemandangannya bagus.
Kemudian kami kembali ke perahu untuk mengakhiri
perjalanan kembali ke dermaga Tanjung Kelayang. Sesampainya di dermaga, kami
bergegas mandi karena kami berlima akan kembali ke Jakarta beberapa jam lagi.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju hotel untuk mengambil barang
bawaan sekaligus untuk packing lagi. Kami selesai packing jam 14.00, kami masih
punya sedikit waktu untuk pergi ke Danau Kaolin. Danau Kaolin adalah salah satu
destinasi favorit karena air danau yang berwarna biru langit. Sayangnya ketika
kami mau pulang, hujan turun deras. Tetapi kami tetap ke Danau Kaolin karena
letaknya searah dan berdekatan dengan bandara. Sesampainya di Danau Kaolin,
hujan belum berhenti tetapi agak reda. Sayangnya saat itu danaunya diberi
pagar, sehingga pengunjung tidak bisa berfoto lebih dekat dengan danau.
Meskipun dipagari, kami masih bisa berfoto. Air danaunya berwarna hijau tosca,
mungkin karena hujan yang turun beberapa hari. Meskipun tidak berwarna biru,
warnanya tetap cantik.
Kami tidak berlama-lama disini karena hujan dan kami
harus check in di bandara. Kami sampai di bandara jam 3 sore, pesawat
dijadwalkan flight jam 16.25, ketika check in kami dikabarkan pesawatnya delay
45 menit. Untungnya kami sudah membeli makanan dari hotel sebagai perbekalan
karena belum makan siang, jadi kami makan di bandara sambil menunggu pesawat.
Emang jodoh ga kemana, kami bertemu kembali dengan keluarga Korea. Lucu juga ya
melihat tingkah laku anak kecilnya, bermain dengan orang tua dan tantenya.
Gemes liatnya, ekspresif pula. Ternyata kami sepesawat, tapi mereka hanya
transit di Jakarta. Cuaca saat itu kurang bagus, sedikit gerimis. Mungkin
karena cuaca, pesawatnya delay. Saat take off aku melihat pemandangan dari kaca
pesawat, ternyata ada banyak bekas galian tambang yang ditinggal begitu saja,
sehingga ketika hujan menjadi menggenang. Kabarnya Belitung Timur kebanjiran
akibat dari kegiatan penambangan. Perjalanan pulang sangat mulus dan enak. Kali
ini kami pulang naik pesawat sriwijaya air. Jika dibandingkan dengan perjalanan
pergi, sangat jauh sekali. Kami juga mendapat roti dan air (aku kira ga dapat
makan), jadi kaget hahaha…
Sesampainya di bandara, kami
share foto-foto dan tidak lupa sholat. Aku dan Puti pulang naik Damri sekitar
jam 8 malam ke Pasar Minggu, yang lainnya juga naik Damri dengan tujuan yang
berbeda, yaitu Depok dan Bekasi. Alhamdulillah jalanan lancar, padahal hari
Senin. Aku sampai di rumah sekitar jam 9 lewat. Perjalanan yang mengesankan dan
tak terlupakan. Meskipun destinasi tidak sesuai dengan rencana, tetapi tetap
senang. Semoga Belitung tidak banjir lagi dan tetap kece.
See you on my next trip.
Komentar
Posting Komentar