Berbagi Pengalaman Berjualan Pulsa
Tak pernah
terfikirkan olehku untuk menjual pulsa. Kemudian suatu ketika, saya ditawari
oleh tante saya untuk daftar di salah satu tempat untuk isi pulsa all operator.
Saat itu, keluarga saya selalu isi pulsa dengan nominal besar. Oleh karena itu
akhirnya saya mau daftar dan niatnya untuk isi pulsa keluarga saja. Tetapi
setelah difikir-fikir, kenapa saya tidak jualan pulsa saja sekalian? Toh bisa
dilakukan ketika waktu kosong. Saya memutuskan untuk jualan pulsa. Saat itu
saya baru masuk SMA di salah satu SMA Negeri di Jakarta Selatan.
Ketika masuk
kelas, teman saya ada yg butuh pulsa. Kemudian saya menawarkan pulsa jualan
saya. Shelvy adalah pelanggan pertama saya. Mulai saat itu, saya jual pulsa
sampai saat ini. Saat itu yg jual pulsa tidak banyak, tetapi ternyata teman
sebangku saya juga jual pulsa. Sebenarnya yg jualan adalah kakaknya. Tetapi dia
juga turut menjual pulsa. Saya tidak tahu apakah karena kami berdua sama-sama
jualan pulsa, makanya dia bersikap berbeda dengan saya dibandingkan dengan yg
lain. Tetapi saya tidak terlalu menghiraukannya.
Pelanggan
saya dari teman sekelas dan dari teman di kelas lain. Awalnya saya sungkan
untuk menagih uang pulsa, tetapi saya harus melakukannya jika tidak mau
bangkrut karena pada tidak bayar. Yang namanya jual pulsa itu harus rela
diutangi oleh org, jadi harus mau untuk menagihnya demi keberlanjutan usaha.
Saya mulai terbiasa untuk menagih utang.
Berhubung
pelanggan saya tidak hanya dari kelas sendiri, jadi cukup sulit untuk menagih teman yg di kelas lain.
Saya harus beberapa kali ke kelas tmn saya
karena dia sedang keluar. Bahkan ketika di kantin pun atau di jalan, ketika
bertemu dengan yg utang pulsa maka akan saya tagih.
Banyak suka duka yang saya rasakan selama menjual pulsa. Ada teman saya
inisial “B”, dia dari kelas lain, dia beli pulsa 2 kali, saat saya tagih dia
selalu tidak ada di kelas. Saya tidak pernah ketemu dengan dia saat kelas XI,
ternyata teman saya bilang si B itu sudah pindah sekolah karena tidak naik
kelas. Pantas saja saya tidak pernah ketemu lagi dengan dia. Saya berusaha
menghubunginya tapi tidak berhasil.
Ada lagi yang lain, inisialnya “D”, dia dari kelas lain. Jadi D ini beli
pulsa dengan saya, dia beli untuk kakak kelas dengan inisial “A”. Kemudian saya
menagih ke D tetapi katanya nanti A yang langsung bayar. Terus aja
dilempar-lempar. Hingga akhirnya kakak kelas itu sudah lulus, belum bayar pula,
saat saya bilang ke D dia bilang tidak tahu menau. Hufft ada aja yaa emang
alasannya.
Dua cerita tadi utang pulsanya nominal kecil, tidak terlalu besar. Kali ini
teman saya dengan inisial “E” sudah punya utang pulsa yang lumayan, meskipun
tidak sampai 100 ribu, tapi itu cukup besar menurut saya. Suatu ketika saya
menagih pulsa dengan sms, dia bilang, “Nanti ya gw bayar, tapi gw beli pulsa
lagi yg goceng, nanti gw tambahin bayarnya.”. Tadinya saya tidak mau kirimin pulsa, tapi
akhirnya setelah dipikir-pikir saya kirim juga. Beberapa kali saya datang ke
kelasnya untuk menagih pulsa, terkadang dia tidak ada di kelas. Pernah juga dia
ada di kelas, saya langsung masuk dan menagih, dia malah bilang dia ga ada uang
karena uangnya abis ilang. Saya ga tega, masa ada yang lagi kehilangan uang
malah saya tagih, jadinya saya kasih tenggang waktu. Saya tidak menerapkan bunga
dalam hal ini ya, haram, ga boleh. Kemudian beberapa kali saya melihat si E
sedang jalan, lalu dia melihat saya, lalu si E langsung ngumpet karena tidak
mau ketemu saya. Ya ampun emang saya serem apa? Saya lihat beberapa kali dia
ngumpet atau mencari jalan lain agar tidak ketemu saya, dia ingin menghindari
saya agar tidak bayar utang. Pernah juga ketika berpapasan dan saya tagih dia
bilang ga bawa uang, pokoknya selalu ada alasan untuk menghindari bayar utang.
Hingga suatu ketika saat ujian mid semester, saya lupa membawa kartu ujian dan
harus lapor ke bawah. Saya berada di lantai 2. Lalu saya turun, kemudian saya
bertemu dan berpapasan dengan si E, langsung saja saya tagih dia, kebetulan dia
lagi pegang dompet. Langsung saja saya tembak dia, saya bilang, “E, bayar
utangnya dong. Udah lama ga bayar-bayar. Itu bawa dompet, bayar ya sekarang.”
Terus dia cari alasan, dia bilang, “Uangnya segini, ada kembaliannya ga?” Ya
Allah emang rezeki, saya membawa uang di kantong dan cukup untuk kembaliannya.
Alhamdulillah akhirnya dia bayar utang juga. Dalam hati saya bilang, saya ga
akan pernah ngasih utang lagi ke kamu, omongannya ga bisa dipegang, janji doang
ga ditepati. Pernah suatu ketika saya bertanya dengan teman dekat dia perihal yang katanya uangnya pernah hilang, tapi teman saya bilang dia ga pernah kehilangan uang. Waduh kemungkinan waktu itu dia bohong untuk menunda-nunda bayar utangnya. Tapi ya sudahlah, yang penting dia sudah bayar utangnya.
Itulah pengalaman yang ga enak bagi penjual pulsa. Itu semua saya alami
saat masih SMA. Sebenarnya saya sudah dilarang buat jual pulsa saat kelas XII,
tetapi saya tidak mau karena tidak mengganggu sekolah dan jualannya di waktu
luang.
Lulus SMA, saya melanjutkan kuliah. Saya ga tau mau melanjutkan jualan
pulsa atau tidak. Pertama karena selama 3 tahun ini saya selalu nitip uang ke
tante saya untuk deposit saldo pulsanya karena
depositnya melalui ATM, sedangkan saat itu saya tidak punya ATM, makanya
saya selalu minta tolong tante untuk diisikan. Kemudian saya dikasih tau tempat
jual pulsa yang baru oleh sepupu saya. Tempatnya bisa saya jangkau dan tidak
perlu ke ATM juga, akhirnya saya daftar lagi ke tempat yang baru. Yang tempat
lama, saldonya saya habiskan dulu, meskipun tidak bisa sampai habis nol rupiah.
Setelah saya mencoba disana, saya memutuskan berjualan pulsa lagi. Saat
masuk kuliah di hari pertama, saya belum kenal dengan siapapun disana. Kemudian
saya berkenalan dan kami jadi dekat. Hari pertama masuk kuliah, salah satu
teman saya ingin beli pulsa, lalu saya menawarkan pulsa jualan saya. Dari situlah
saya mulai jual pulsa lagi. Bahkan teman kuliah tingkat 1 masih langganan beli
pulsa ke saya, meskipun tidak terlalu sering karena susah ketemu juga, jadinya
bayarnya juga lewat transfer.
Oh iya ada juga nih teman tingkat satu dengan inisial “A”. Dia beli pulsa
pertama kali, bayarnya sih cukup lama, tapi sudah bayar. Lalu dia beli lagi,
saat itu lagi musim tes SNMPTN. Terakhir ketemu dia pas praktikum, setelah
keluar praktikum saya mau nagih utang ke dia tapi kelupaan. Besoknya itu ada
tes SNMPTN, dia ga masuk. Dia ga masuk terus ternyata. Sudah lamaa banget ga
masuk kelas. Saya dapat kabar kalau dia diterima di UI, yaah dia kan belum
bayar utang. Kemudian saya coba sms dia buat nagih pulsa, tapi tidak ada
balasan. Aduuh nih orang ga mau bayar apa gimana sih? Sampai saat ini dia belum
bayar juga.
Pengalaman penjual pulsa yang ga enak itu ketika dapat kabar dari teman
yang beli pulsa kalau pulsanya belum masuk. Aduuuh kalo begini kepala jadi
pusing, ini kenapa belum masuk? Padahal saldonya sudah kepotong. Namanya
pembeli, kalo beli kan maunya cepat sampai pulsanya, giliran ditagih suka lama
dan susah. Begitulah memang. Harus sabar. Meskipun untungnya tidak seberapa,
tetapi lumayanlah untuk mengisi waktu luang, daripada ga ngapa-ngapain sama
sekali. Back to topic, nah kalo pulsanya tidak kunjung sampai, tapi saldo sudah
kepotong, ada yang mau bayar (itu orangnya baik), tapi ada yang ga mau bayar. Kalau pulsanya tidak masuk, saya
complain ke suppliernya, tapi dibalasnya itu lamaaa banget, perlu beberapa kali
sms dan alhamdulillah pulsanya ada yang refund. Kalau pulsanya refund saya
tidak akan menagih, tetapi kalau tidak refund biasanya saya tagih, tapi ada
yang tidak mau bayar juga karena pulsanya tidak masuk.
Saya alami kejadian itu beberapa kali, pulsanya tidak masuk tetapi saldonya
sudah kepotong. Jadinya saya ikhlaskan saja, bingung juga mau gimana. Berdoa
aja semoga rezekinya selalu ditambah. Aamiin...
Pelanggan pulsa saya juga banyak, alhamdulillah. Meskipun kebanyakan yang
ngutang, padahal saya maunya cash semua. Pelanggan saya ada dari tetangga,
saudara (om, tante, kakak sepupu), teman di kelas, teman di organisasi, dan
lain-lain. Alhamdulillah meskipun untungnya tidak banyak, setidaknya bisa
menambah uang saku yang pas-pasan.
Saya jadi ingat masa-masa saat saya jualan pulsa dimana yang jual pulsa
masih sedikit, kemudian mulai banyak yang jual pulsa, tapi banyak juga yang ga
kuat kemudian ga jual pulsa lagi. Bahkan ketika ketemu dengan teman SMA, teman
saya masih bertanya apa saya masih jualan pulsa? Saya bilang masih. Dia bilang
wah keren masih jualan pulsa, teman gw yang jual pulsa pada bangkrut, udah pada
ga jualan lagi. Yaa alhamdulillah masih jualan nih. Saya pun tidak tahu kenapa
saya masih bertahan, saya masih sanggup untuk menghandle ini. Meskipun suka
geregetan kalau ada yang belum bayar. Geregetan kenapa sih nih orang ga
bayar-bayar utangnya? Padahal dia hidupnya ‘glamour’, tapi masa buat bayar
segini aja ga bisa? Kan aneh ya sama orang yang begitu. Semoga dia diberi
kesadaran dan segera bayar utangnnya. Kalau ada yang belum ada uangnya, saya
doakan semoga cepat dapat rezeki ya, biar bisa bayar utang. Biar sama-sama
enak.
Saya pun tidak tahu sampai kapan saya akan berhenti berjualan pulsa. Hanya
Allah yang tahu dan waktu yang akan menjawabnya.
your welcome, thanks for coming
BalasHapusTidak mudah menyerah. . Sip
BalasHapus