Jangan Tertipu Iklan Rokok


Di Indonesia, rokok dikemas dengan sangat baik. Iklan yang ada pun sangat bagus dan menipu. Di iklan, para perokok terlihat gagah dan kuat, pokoknya terlihat sangat sehat. Padahal kenyataannya para perokok sudah menampung asap rokok yang berbahaya di dalam paru-paru. Sebenarnya saya cukup salut dengan para perokok, karena mereka sudah merelakan paru-parunya rusak dan menghitam demi devisa Negara. Hebat ya mereka hehehe.

Padahal kesehatan itu sangat mahal harganya, bahkan lebih mahal daripada devisa Negara. Sangat disayangkan sekali jika kita merokok, merokok itu cenderung menyakiti diri sendiri, Allah sudah memberikan kita paru-paru yang sehat dan dalam keadaan baik, tetapi kita malah merusaknya dengan asap rokok yang sama sekali tidak ada untungnya. Hidup Cuma sekali, jangan kau sia-siakan hidup yang sekali ini. Karena nanti di akhirat, seluruh anggota tubuh kita akan berbicara dan mengatakan apakah kita merawatnya atau malah merusaknya?


Di luar negeri, kemasan rokok dibuat seram dan menakutkan, hal ini dilakukan agar orang yang merokok tidak banyak dan menyadari akan bahaya rokok. Seharusnya hal ini juga dilakukan di Indonesia. Berikut saya tampilkan beberapa bungkus rokok di luar negeri :

 

Jika dibandingkan dengan bungkus rokok di Indonesia sangat jauh berbeda, tulisan bahaya merokoknya saja sangat kecil.

Sekarang saya akan membahas tentang mitos dan fakta dari rokok.

MITOS : Merokok adalah hak individu yang tidak boleh diganggu gugat
FAKTA :
•    Merokok adalah ketidakberdayaan adiksi nikotin dan akibat pada kesehatannya
•    Rasa tanggung jawab kendaknya membuat perokok tidak membawa segala resiko gangguan kesehatan akibat rokok pada anggota keluarga yang disayanginya

MITOS : Iklan rokok tidak mencari perokok baru, tetapi agar perokok beralih ke produk baru
FAKTA :
•    Bagi pecandu rokok, dengan atau tanpa iklan ia akan tetap mencari rokok karena tidak dapat lepas dari cengkeraman rokok
•    Jadi, iklan rokok lebih ditujukan mencari perokok baru, terutama anak dan remaja yang sekali terjerat akan lama menjadi perokok

MITOS : Industri rokok lebih berjasa terhadap pendapatan Negara melalui cukai rokok
FAKTA : Yang membayar cukai rokok adalah konsumen atau perokok, bukan industri rokok
 
MITOS : Peningkatan harga rokok akan menurunkan penerimaan Negara dari cukai tembakau karena berkurangnya konsumsi
FAKTA :
•    Penerimaan cukai tembakau naik 13 kali lipat tahun 1994-2007 walaupun harga rokok naik banyak selama periode itu
•    Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa peningkatan cukai akan menaikkan penerimaan Negara karena lambat dan sedikitnya penurunan konsumsi rokok (adiktif). Peningkatan penerimaan cukai tembakau akibat naiknya harga jauh lebih tinggi dari turunnya penerimaan akibat turunnya konsumsi
 
MITOS : Industri rokok memberi sumbangan besar pada penerimaan pemerintah
FAKTA :
•    Sumbangan cukai rokok pada penerimaan Negara hanya sekitar 6-7 %. Bila cukai dinaikkan, penerimaan akan naik karena rokok adiktif dan harganya in-elastis
•    Jika cukai rokok naik 10 %, volume penjualan berkurang 0,9-3 %, penerimaan cukai bertambah 29-50 triliun
 
MITOS : Pengendalian tembakau akan menghilangkan pekerjaan di pertanian tembakau dan industri rokok
FAKTA : Peringkat industri dan pertanian tembakau tahun 2003 hanya berada di antara 66 sektor dan tidak di posisi 10 teratas
 
MITOS : Pengendalian konsumsi rokok akan mematikan petani tembakau
FAKTA :
•    Seperti industri rokok, pengendalian konsumsi tokok tidak akan mematikan petani tembakau karena lahan pertanian dialihkan untuk sumber daya alam lain
•    Bila kebutuhan industri rokok akan tembakau berkurang, yang terkena dampaknya adalah importir tembakau
 
MITOS : Peningkatan harga rokok akan membebani penduduk miskin
FAKTA :
•    Perilaku merokoklah yang membuat orang menjadi miskin karena kecanduan dan menjadi konsumen setia rokok
•    Peningkatan harga rokok akan mengurangi konsumsi rokok pada orang miskin sehingga mereka akan memanfaatkan uang mereka untuk membeli barang kebutuhan hidup mereka
•    Data Susenas 2006 : 12 % pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk rokok, padahal untuk daging, telur, dan susu hanya 3 %
 
MITOS : Indonesia adalah negara pengekspor tembakau
FAKTA :
•    Indonesia mengimpor tembakau dari banyak Negara seperti Amerika, Cina, Singapura, dll
•    Data Ditjen Pertanian 2005 menunjukkan bahwa nilai impor tembakau lebih besar dari nilai ekspornya, Negara merugi 35 juta dolar per tahun karenanya

MITOS : Rokok dan Kemiskinan
FAKTA :
•    3 dari 4 keluarga Indonesia memiliki pengeluaran untuk rokok
•    Belanja rokok bulanan keluarga miskin lebih banyak (12 %) daripada keluarga yang kaya (7 %)

FAKTANYA RUMAH TANGGA MISKIN MALAH MEMBELI ROKOK DARIPADA MENGGUNAKAN UANGNYA UNTUK membeli makanan dan minuman, membayar kontrak rumah, perbaikan rumah, listrik, dan barang-barang kebutuhan, pengeluaran pendidikan dan kesehatan.

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Boneka dari Kertas

Drama Kesehatan

Judul Jurnal (Referensi Skripsi)